Monday, December 9, 2013

MAKALAH KASUS-KASUS PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN AGAMA






BAB I


PENDAHULUAN



1.1. Latar Belakang Masalah

Agama adalah suatu ketundukan atau penyerahan diri kepada kekuatan yang lebih tinggi dari pada manusia yang dipercayai mengatur dan mengendalikan alam dan kehidupan umat manusia. Agama dapat juga diartikan sebagai suatu peraturan yang mendorong jiwa seseorang yang mempunyai akal, memegang peratutan Tuhan dengan kehendak sendiri, untuk mencapai kebaikan hidup di dunia dan kebahagiaan diakhirat.

Agama berkaitan dengan hal-hal yang abstrak seperti tentang hari akhirat, syurga, neraka, dll. Pengertian tentang hal-hal yang abstrak itu baru dapat diterima apabila pertumbuhan kecerdasan individu telah memungkinkan untuk itu.

Pada masa remaja, perkembangan mental dan pemikirannya tentang agama berkembang kearah berpikir yang lebih logis sehingga segala apapun yang terjadi dialam, baik peristiwa alamiah maupun peristiwa sosial dilimpahkan tanggungjawabnya kepada Tuhan.

Masa remaja adalah masa bergejolaknya bermacam-macam perasaan yang kadang-kadang bertentangan satu sama lain. Kondisi ini menyebabkan terjadinya perubahan emosi yang begitu cepat dalam diri remaja dan ketidakstabilan perasaan remaja kepada Tuhan/Agama.


1.2.Rumusan masalah

Berdasarkan latar belakang yang dipaparkan pada makalah ini, rumusan masalahnya adalah :

1.2.1. Bagaimanakah cara menumbuhkan nilai-nilai agama pada seseorang agar perilakunya mencerminkan nilai-nilai agama yang telah di ketahuinya?

1.2.2. Apa saja dampak dari perkembangan mental/kecerdasarn pada masa remaja terhadap agama?

1.2.3. Apakah perasaan remaja pada agama itu stabil?

1.2.4. Bagaimana pertimbangan sosial ini mempengaruhi kehidupan agama remaja?

1.2.5. Jelaskan bagaimana perkembangan agama remaja jika dikaitkan dengan:
a. Perkembangan pemikirannya
b. Perkembangan perasaannya


1.3.Tujuan

1.3.1. Mengetahui cara menumbuhkan nilai-nilai agama pada seseorang agar perilakunya mencerminkan nilai-nilai agama yang telah di ketahuinya.

1.3.2. Mengetahui dampak-dampak dari perkembangan mental/kecerdasarn pada masa remaja terhadap agama.

1.3.3. Mengetahui perasaan remaja pada agama itu belum stabil.

1.3.4. Mengetahui pengaruh pertimbangan sosial dalam kehidupan agama remaja.

1.3.5. Mengetahui perkembangan agama remaja jika dikaitkan dengan:
a. Perkembangan pemikirannya
b. Perkembangan perasaannya




BAB II


KASUS – KASUS DAN PENYELESAIAN


2.1. Kasus 1

Pendidikan agama saat ini lebih berorientasi tentang ilmu agama. Karena itu, tidak aneh kalau di negeri ini sering kita saksikan seseorang yang banyak mengetahui nilai-nilai ajaran agama, akan tetapi perilakunya tidak mencerminkan nilai – nilai ajaran agama yang di ketahuinya. Lalu, bagaimanakah cara menumbuhkan nilai-nilai agama pada seseorang agar perilakunya mencerminkan nilai-nilai agma yang telah di ketahuinya?

Penyelesaian :

Setidaknya ada dua pendekatan yang menonjol dalam mempelajari agama.

Petama, mempelajari agama untuk kepentingan mengetahui bagaimana cara beragama yang benar.di sini aspek religiusitas dan spiritualitas menjadi sangat penting sehingga esensi ajaran agama bisa menginternalisasi kedalam diri pribadi dalam aktivitas kesehariannya. Orientasi ini mengansumsikan seseorang sebagai subjek yang aktif sehingga ilmu agama disini mirip dengan ilmu beladiri, ilmu olahraga, atau ilmu kesenian bahwa belajar memahami, menghayati, dan mempraktekan.

Dengan kata lain, ilmu agama itu bukanlah ilmu yang hanya menitikberatkan pada teori tanpa aksi tetapi justru teori dan aksi itu adalah hal yang tidak terpisahkan. Contohnya, untuk apa seseorang diajari teori berenang dengan sanat luas dan mendalam misalnya, sementara dia tidak mencintai dan tidak bisa berenang? Orang demikian tetap akan dikatakan sebagai seseorang yang tidak bisa berenang, meskipun semu eori tentang berenang sudah dikuasainya. Demikian juga dengan orang yang mempelajari ilmu dan teori keberagamaan secara luas dan mendalam, tetpi dalam aksinya tidak menunjukkan relevansi dengan pengetahuannya tersebut, maka orang itu akan dikatakan sebagai orang yang belum bisa beragama.

Kedua, mempelajari agama sebagai sebuah pengetahuan. Pendekatan kedua ini berkembang sangat pesat di Barat. Para peneliti yang memandang bahwa agama hanya sebagai pengetahuan memang beda semangat dan metodologinya dari mereka yang mendekati agama sebagai keyakinan yang telah dianutnya secara militan.

Dari sudut pandang akademis mungkin saja mereka jauh menguasai agama dari para kiai, pastor ataupun pendeta yang mengajarkan dan mengamalkannya. Sehingga dengan mempelajari agama sebagai pengetahuan, maka seseorang akan lebih bersungguh-sungguh dalam mempelajari ilmu agama secara mendalam.


2.2. Kasus 2
Agama berkaitan dengan hal-hal yang abstrak seperti tentang hari akhirat, syurga, neraka, dll. Pengertian tentang hal-hal yang abstrak itu baru dapat diterima apabila pertumbuhan kecerdasan individu telah memungkinkan untuk itu. Pada masa remaja, perkembangan mental dan pemikirannya tentang agama berkembang kearah berpikir yang lebih logis. Sehingga segala apapun yang terjadi dialam, baik peristiwa alamiah maupun peristiwa sosial dilimpahkan tanggungjawabnya kepada Tuhan. Lalu, apa saja dampak dari perkembangan mental/kecerdasan pada masa remaja terhadap agama?

Penyelesaian :

Berikut ini adalah dampak-dampak dari perkembangan mental/kecerdasan pada masa remaja terhadap agama.
- Ide dan dasar keyakinan tentang agama yang diterima remaja dari masa kanak-kanak sudah tidak begitu menarik lagi.
- Remaja sudah mulai kritis terhadap ajaran agama, dengan cara dapat menolak saran-saran yang tidak dapat dimengertinya atau mengkritik pendapat-pendapat yang berlawanan dengan kesimpulan yang diambilnya.
- Remaja menjadi:
  • Bimbang beragama: jika anak/remaja mendapat pendidikan agama dengan cara yang memungkinkan mereka untuk berpikir bebas dan boleh mengkritik hal yang berkaitan dengan agama. 
  • Tidak bimbang beragama: jika anak/remaja mendapat pendidikan agama dengan cara yang tidak memungkinkan mereka untuk berpikir bebas dan boleh mengkritik hal yang berkaitan dengan agama (efek kecerdasan).
- Remaja menerima ide-ide atau pengertian-pengartian yang abstrak dari agama tanpa pengertian menjadi menerima dengan penganalisaan.


2.3. Kasus 3

Apakah perasaan remaja pada agama itu stabil?

Penyelesaian :

Masa remaja adalah masa bergejolaknya bermacam-macam perasaan yang kadang-kadang bertentangan satu sama lain. Kondisi ini menyebabkan terjadinya perubahan emosi yang begitu cepat dalam diri remaja. Ketidakstabilan perasaan remaja kepada Tuhan/Agama.

Misalnya: Kebutuhan remaja akan Tuhan/agama kadang-kadang tidak terasa ketika remaja dalam keadaan tenang, aman, dan tentram. Sebaliknya tuhan/agama sangat dibutuhkan apabila remaja dalam keadaan gelisah, ketika ada ancaman, takut akan kegelapan, ketika merasa berdosa.

Jadi: gelombang kuatnya rasa agama bagi remaja adalah merupakan usaha-usaha remaja untuk menenangkan kegoncangan jiwa yang sewaktu-waktu muncul. Remaja akan melakukan kegiatan beragama pada saat ingin mengurangkan kesedihan, ketakutan, dan rasa penyesalan.


2.4. Kasus 4

Corak keagamaan para remaja juga ditandai oleh adanya pertimbangan sosial. Bagaimana pertimbangan sosial ini mempengaruhi kehidupan agama remaja?

Penyelesaian :

Dalam kehidupan keagamaan, remaja cenderung dihadapkan pada konflik antara pertimbangan moral dan materil. Terhadap konflik ini remaja cenderung bingung untuk menentukan pilihan. Jadi, kondisi ini menyebabkan remaja menjadi cenderung pada pertimbangan lingkungan sosialnya yaitu:

a. Jika remaja hidup dan dipengaruhi oleh lingkungan yang lebih mementingkan kehidupan duniawi/materialitas, maka remaja akan menjadi cenderung jiwanya untuk menjadi materialistis dan jauh dari agama.

b. Sebaliknya, jika remaja hidup dan dipengaruhi oleh lingkungan yang lebih mementingkan kehidupan yang religious/moralis, maka remaja akan cenderung jiwanya untuk menjadi religious/moralis (Jalaluddin, 2002:75).


2.5. Kasus 5

Jelaskan bagaimana perkembangan agama remaja jika dikaitkan dengan:
a. Perkembangan pemikirannya
b. Perkembangan perasaannya

Penyelesaian :


a. Perkembangan pemikirannya
Pertumbuhan pengertian tentang ide-ide agama sejalan dengan pertumbuhan kecerdasan. Menurut Piaget perkembangan kognitif usia remaja bergerak dari cara berfikir yang kongkrit menuju cara berfikir yang proporsional. Berdasarkan ini Ronald Goldman menerapkan dalam bidang agama dan membuat kesimpulan “ pertumbuhan kognitif memberi kemungkinan terjadi perpindahan/ transisi dari agama yang lahiriyah menuju agama yang batiniyah.
Agama pada remaja berkaitan dengan hal-hal yang abstrak seperti tentang hari akhirat, syurga, neraka dll. Pengertian tentang hal abstrak baru dapat diterima apabila pertumbuhan kecerdasan individu telah memungkinkan untuk itu. Dan kemudian perkembangan pemikirannya berkembang kea rah berfikir logis.

b. Perkembangan perasaannya.
Pada masa ini dimana anak sudah mulai menghayati prikehidupan dalam llingkungannya karena dalam diri anak sedang berkembang perasaan etis (perasaan akan keindahan), estetis (perasaan akan norma dan aturan yang berlaku), dan social (perasaan dalam berinteraksi dilingkungan sosial masyarakat).
Dampaknya pada agama adalah, jika dalam lingkungannya berprikehidupan yang religius, maka hal itu akan mendorong remaja untuk lebih dekat kearah kehidupan yang religius pula tapi apabila sebaliknya jika remaja mendapatkan pendidikan agama dan hidup dalam lingkungan yang berprikehidupan tidak religius, maka akan mendorong remaja untuk berbuat semau-maunya memngikuti dorongan yang timbul dalam dirinya yang didominasi oleh dorongan seksual.




BAB III


PENUTUP




3.1. Kesimpulan

Agama adalah suatu ketundukan atau penyerahan diri kepada kekuatan yang lebih tinggi dari pada manusia yang dipercayai mengatur dan mengendalikan alam dan kehidupan umat manusia. Agama dapat juga diartikan sebagai suatu peraturan yang mendorong jiwa seseorang yang mempunyai akal, memegang peratutan Tuhan dengan kehendak sendiri, untuk mencapai kebaikan hidup di dunia dan kebahagiaan diakhirat.

Mempelajari agama sangat penting untuk mengetahui bagaimana cara beragama yang baik dan benar. Disini aspek religiusitas dan spiritualitas menjadi sangat penting sehingga esensi ajaran agama bisa menginternalisasi kedalam diri pribadi dalam aktivitas kesehariannya. Orientasi ini mengansumsikan seseorang sebagai subjek yang aktif. Pada masa remaja, perkembangan mental dan pemikirannya tentang agama berkembang kearah berpikir yang lebih logis. Kebutuhan remaja akan Tuhan kadang-kadang tidak terasa ketika remaja dalam keadaan tenang, aman, dan tentram. Sebaliknya Tuhan sangat dibutuhkan apabila remaja dalam keadaan gelisah, ketika ada ancaman, takut akan kegelapan, ketika merasa berdosa. Perasaan remaja pada agama adalah ambivalensi. Kadang-kadang sangat cinta dan percaya pada Tuhan, tetapi sering pula berubah menjadi acuh tak acuh dan menentang (Zakiyah Darajat, 2003:96-96 dan Sururin, 2002:70).

Jika remaja hidup dan dipengaruhi oleh lingkungan yang lebih mementingkan kehidupan duniawi/materialitas, maka remaja akan menjadi cenderung jiwanya untuk menjadi materialistis dan jauh dari agama. Sebaliknya, jika remaja hidup dan dipengaruhi oleh lingkungan yang lebih mementingkan kehidupan yang religious/moralis, maka remaja akan cenderung jiwanya untuk menjadi religious/moralis. Untuk itu faktor lingkungan sangat berpengaruh pada pertumbuhan dan perkembangan agama pada remaja.


3.2. Saran

Pada dasarnya rasa beragama pada remaja itu tidak stabil. Perasaan remaja pada agama adalah ambivalensi. Kadang-kadang sangat cinta dan percaya pada Tuhan, tetapi sering pula berubah menjadi acuh tak acuh dan menentang. Rasa beragama pada remaja dapat di kembangkan dengan cara remaja hidup dengan lingkungan yang lebih mementingkan kehidupan yang religious/moralis agar remaja cenderung jiwanya untuk menjadi religious/moralis.




DAFTAR PUSTAKA


Sinolungan, A.E., Psikologi Perkembangan Peserta Didik, Jakarta: Gunung Agung, 1997.


Parkin, Alan J., Essensial Cognitive Psychology, Philadelphia, Psychology Press Ltd., 2000.








Share this

0 Comment to "MAKALAH KASUS-KASUS PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN AGAMA"

Post a Comment