BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Intelegensi merupakan kemampuan yang dimiliki oleh setiap insan. Intelegensi ini sangat erat kaitannya dengan kehidupan manusia, keberhasilan, dan kesuksesan.Namun tingkat intelegensi yang dimiliki setiap orang pastilah berbeda. Ini dikarenakan bahwa intelegensi seseorang memang tergantung pada faktor-faktor yang membentuk intelegensi itu sendiri.
Setiap individu manusia dianugerahi suatu substansi yang tidak di miliki makhluk lain, yaitu akal fikiran. Dengan akalnya itulah manusia dapat berfikir untuk hidup dan kehidupan selanjutnya. Dengan akal dan fikiran itu juga lah manusia dapat menimbang-nimbang perbuatannya, apakah hak atau batil. Namun Tuhan tak memberi keseragaman dalam kapasitas otak kita. Ada yang di anugerahi otak superior dan ada juga yang di anugerahi atok yang sangat lemah, seperti penderita idiot.
Disinilah letak manusia yang harus saling membantu dan saling membutuhkan satu sama lain. Sebagaimana hakikat manusia sebagai makhluk social(homo socius).Dalam hal ini,guru berperan sebagai motivator dan fasilitator dalam proses perkembangan inteligensi anak. Seorang guru harus mampu mengayomi anak yang berinteligensi kurang seperti hal nya anak pada umumnya.Karena anak tersebut dapat berprestasi seperti hal nya anak ber inteligensi tinggi.Hal itu tergantung pada dukungan lingkungan sekitar nya, dan bagaimana guru dan orangtua memotivasi anak agar terus berusaha mengoptimalkan kapasitas kemampuan otak yang dia miliki.
I.2 Rumusan masalah
- Apakah Prestasi belajar remaja di sekolah sangat dipengaruhi oleh kemampuan umum kita yang diukur oleh IQ?
- Apakah Faktor hereditas dan lingkungan mempengaruhi perkembangan intelektual pada remaja?
- Apakah benar makin tua, otak rusak dan otak berhenti berkembang pada usia tertentu ?
- Tepatkah dunia akademik, dunia militer dan dunia kerja, menggunakan IQ sebagai standar mengukur kecerdasan seseorang?
- Apakah Pengaruh Televisi Terhadap Pertumbuhan dan Perkembangan Intelegensi Remaja?
I.3 Tujuan
- Mengetahui pengaruh kemampuan umum kita yang di ukur oleh IQ dalam prestasi belajar .
- Mengetahui pengaruh Faktor Hereditas dan Lingkungan dalam perkembangan intelektual pada remaja
- Mengetahui fakta dari mitos bahwa pengaruh usia pada perkembangan intelegensi.
- Mengidentifikasi sistem penggunaaan IQ dalam standar mengukur kecerdasan seseorang dalam dunia akademik, dunia militer dan dunia kerja.
- Mengetahui pengaruh Televisi terhadap pertumbuhan dan perkembangan intelegensi pada remaja
BAB II
KASUS-KASUS DAN PENYELESAIAN
II.1 Kasus 1
Prestasi belajar seseorang sangat dipengaruhi oleh kemampuan umum yang dapat diukur oleh IQ, IQ yang tinggi meramalkan sukses terhadap prestasi belajar. Lalu apakah Prestasi belajar remaja di sekolah sangat dipengaruhi oleh kemampuan umum kita yang diukur oleh IQ?
Penyelesaian:
IQ yang tinggi ternyata tidak menjamin sukses di masyarakat. Rapor yang identik dengan prestasi belajar tak dapat dijadikan ukuran kecerdasan atau IQ anak. Sering terjadi, anak yang IQnya pas‑pasan, nilai rapornya justru lebih bagus. Mengapa? Tampaknya ada faktor X yangmempengaruhi prestasi belajar. IQ itu hanya salah satu penentu keberhasilan belajar.
Sedangkan rapor yang bagus dipengaruhi banyak faktor. Faktor dari dalam, misalnya berupa kesehatan badan. Anak yang sehat dan kenyang, akan mudah belajar daripada yang kurang makan. Intelegensi adalah kecakapan yang terdiri dari tiga jenis yaitu kecakapan untuk menghadapi dan menyesuaikan ke dalam situasi yang baru dengan cepat dan efektif, mengetahui atau menggunakan konsep – konsep yang abstrak secara efektif, mengetahui relasi dan mempelajarinya dengan cepat. Pada umumnya kecerdasan diartikan sebagai kemampuan psiko-fisik dalam mereaksikan rangsangan atau menyesuaikan diri dengan lingkungan melalui cara yang tepat. Dengan demikian, kecerdasan bukan hanya berkaitan dengan kualitas otak saja, tetapi juga organ-organ tubuh lainnya.Namun bila dikaitkan dengan kecerdasan, tentunya otak merupakan organ yang penting dibandingkan organ yang lain, karena fungsi otak itu sebagai organ pengendali tertinggi (executive control) dari hampir seluruh aktivitas manusia.
Semakin tinggi inteligensi seorang individu, semakin besar peluang individu tersebut meraih sukses dalam belajar. Sebaliknya, semakin rendah tingkat intelegensi individu, semakin sulit individu itu mencapai kesuksesan belajar. Oleh karena itu, perlu bimbingan belajar dari orang lain, seperti guru, orang tua, dan lain sebagainya. Sebagai faktor psikologis yang penting dalam mencapai kesuksesan belajar, maka pengetahuan dan pemahaman tentang kecerdasan perlu dimiliki oleh setiap calon guru professional, sehingga mereka dapat memahami tingakat kecerdasannya. Kalau seorang murid mempunyai tingkat kecerdasan normal atau diatas normal maka secara potensial dapat mencapai prestasi yang tinggi. Namun dalam kenyataan kadang-kadang kita menjumpai murid yang mempunyai tingkat kecerdasan diatas normal tetapi prestasi belajarnya rendah sekali bahkan ada yang gagal sama sekali.
Pemahaman tentang tingkat kecerdasan individu dapat diperoleh oleh orang tua dan guru atau pihak-pihak yang berkepentingan melalui konsultasi dengan psikolog atau psikiater.
Sehingga dapat diketahui anak didik berada pada tingkat kecerdasan yang mana, amat superior, superior, rata-rata, atau mungkin malah lemah mental. Informasi tentang taraf kecerdasan seseorang merupakan hal yang sangat berharga untuk memprediksi kamampuan belajar seseorang. Pemahaman terhadap tingkat kecerdasan peserta didik akan membantu mengarahkan dan merencanakan bantuan yang akan diberikan kepada siswa.
Peran Intelegensi terhadap prestasi belajar adalah masalah dimensionalitas intelegensi dalam prestasi pada pendidikan di sekolah. Dengan demikian banyak dari kalangan ilmuan meneliti seberapa besar pengaruh intelegensi terhadap prestasi belajar khususnya di sekolah, akan tetapi disini penulis ingin mengulas sedikit dari para pendapat ilmuan tentang hubungan kreativitas dan intelegensi terhadap pengaruh prestasi sekolah dengan menyibukan bagaimana implikasinya terhadap pendidikan.
- Torrance (1959). Gatzels & Jackson (1962). Dari Yamamoto (1964) :
Kelompok siswa yang kreativitasnya tinggi tidak berbeda dalam prestasi sekolah dari kelompok siswa yang intelegensinya relative lebih tinggi.
Dari hasil hipotesis menyatakan bahwa daya imajinasi, rasa ingin tahu dan orsinalitas dari subyek yang kreativitasnya tinggi dapat mengimbangi kekurangan dalam daya ingatan dan factor-faktor lain yang diukur oleh tes intelegensi.
Terhadap siswa SD dan SMP menunjukan bahwa kreativitas sama absahnya seperti intelegensi sebagai predictor prestasi sekolah. Jika efek intelegensi dieliminasi, hubungan antara kreativitas dan prestasi sekolah tetap substansial.
Adapun kombinasi dari intelegensi dan kreativitas lebih efektif sebagai predictor prestasi sekolah daripada masing-masing ukuran sendiri:
Menekankan bahwa intelegensi atau IQ semata-mata tidak meramalkan kreativitas dalam kehidupan nyata, demikian juga dengan tes kreativitas sendiri.
True giftednees (keberbakatansejati) merupakan gabungan antara kemampuan konvensional (ingatan baik, berpikir logis, pengetahuan factual, kecermatan, dsb) dan kemampuan kreatif (menciptakan gagasan, mengenal kemungkinan alternative, melihat kombunasi yang tak terduga, memiliki keberanian dalam mencoba hal yang tidak lazim, dsb)
Hubungan antara intelegensi dan kreativitas adalah sebagai prediktor keberhasilan di sekolah, dengan demikian untuk mengetahui hubungan antara kreativitas, intelegensi dan ingatan dengan prestasi belajar serta bagaimana sumbangan relative masing-masing terhadap keberhasilan di sekolah. Dan ini yang disebut system pendidikan diagnostic terbalik (inverted diagnostic).
II.2 Kasus 2
Setiap manusia mempunyai pola pertumbuhan dan perkembangan yang berbeda. Hal ini dapat dipengaruhi dari berbagai faktor, yaitu faktor dari dalam (faktor yang ada dalam diri manusia itu sendiri, faktor hereditas: bawaan/warisan) dan faktor luar (faktor lingkungan). Dengan faktor bawaan tertentu dan disertai dengan faktor lingkungan yang tertentu pula maka akan menghasilkan pola pertumbuhan dan perkembangan tertentu pula. Jadi, apakah Faktor hereditas dan lingkungan mempengaruhi perkembangan intelektual pada remaja?
Penyelesaian :
Ya, disebutkan bahwa kelompok penganut pedagogis radikal amat yakin bahwa intervensi lingkungan, termasuk pendidikan, justru memiliki andil sekitar 80-85%, sedangkan hereditas hanya memberikan kontribusi 15-20% terhadap perkembangan intelektual individu. Syaratnya adalah memberikan kesempatan rentang waktu yang cukup bagi individu untuk mengembangkan intelektualnya secara maksimal.
1. Faktor Hereditas
Semenjak dalam kandungan, anak telah memiliki sifat-sifat yang menentukan daya kerja intelektualnya. Secara potensial anak telah membawa kemungkinan apakah akan menjadi kemampuan berfikir setara normal, di atas normal atau di bawah normal. Namun, potensi ini tidak akan berkembang atau terwujud secara optimal apabila lingkungan tidak memberi kesempatan untuk berkembang. Oleh karena itu, peranan lingkungan sangat menentukan perkembangan intelektual anak.
2. Faktor Lingkungan
Sebuah lingkungan yang menstimulasi, dorongan orangtua, sekolah yang baik, keterampilan penalaran tertentu, praktek terus menerus, dan sebagainya, tentu membantu seseorang menjadi lebih cerdas. Perkembangan anak sangat dipengaruhi oleh gizi yang dikonsumsi. Oleh karena itu ada hubungan antara pemberian makanan bergizi dengan intelegensi seseorang. Pemberian makanan bergizi ini merupakan salah satu pengaruh lingkungan yang amat penting selain guru, rangsangan-rangsangan yang bersifat kognitif emosional dari lingkungan juga memegang peranan yang amat penting, seperti pendidikan, latihan berbagai keterampilan, dan lain-lain (khususnya pada masa-masa peka). Demikian pula, ada faktor biologis tertentu yang bagaimanapun lingkungan: perawatan sebelum melahirkan, gizi (terutama pada anak usia dini dan remaja), bebas dari penyakit dan trauma fisik, dan sebagainya. Ada dua unsur lingkungan yang sangat penting peranannya dalam memengaruhi perkembangan intelek anak, yaitu:
a. Keluarga
Intervensi yang paling penting dilakukan oleh keluarga atau orang tua adalah memberikan pengalaman kepada remaja dalam berbagai bidang kehidupan sehingga memiliki informasi yang banyak yang merupakan alat bagi remaja untuk berpikir. Cara-cara yang digunakan, misalnya memberi kesempatan kepada remaja untuk merealisasikan ide-idenya, menghargai ide-ide tersebut,memuaskan dorongan keingintahuan remaja dengan jalan seperti menyediakan bacaan, alat-alat keterampilan, dan alat-alat yang dapat mengembangkan daya kreativitas remaja. Memberi kesempatan atau pengalaman tersebut akan menuntut perhatian orangtua
b. Sekolah
Sekolah adalah lembaga formal yang diberi tanggungjawab untuk meningkatkan perkembangan anak tersebut perkembangan berpikir anak. Dalam hal ini, guru hendaknya menyadari bahwa perkembangan intelektual anak terletak di tangannya. Beberapa cara diantaranya adalah sebagai berikut :
1) Menciptakan interaksi atau hubungan yang akrab dengan peserta didik. Dengan hubungan yang akrab tersebut, secara psikologis peserta didik akan merasa aman sehingga segala masalah yang dialaminya secara bebas dapat dikonsultasikan dengan guru mereka.
2) Memberi kesempatan kepada para peserta didik untuk berdialog dengan orang-orang yang ahli dan pengalaman dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan, sangat menunjang perkembangan intelektual anak. Membawa para peserta didik ke objek-objek tertentu, seperti objek budaya dan ilmu pengetahuan, sangat menunjang perkembangan intelektual peserta didik.
3) Menjaga dan meningkatkan pertumbuhan fisik remaja, baik melalui kegiatan olahraga maupun menyediakan gizi yang cukup, sangat penting bagi perkembangan berpikir peserta didik. Sebab jika peserta didik terganggung secara fisik, perkembangan intelektualnya juga akan terganggung
4) Meningkatkan kemampuan berbahasa peserta didik, baik melalui media cetak maupun dengan menyediakan situasi yang memungkinkan para peserta didik berpendapat atau mengemukakan ide-idenya. Hal ini sangat besar pengaruhnya bagi perkembangan intelektual peserta didik.
II.3 Kasus 3
Manusia adalah makhluk yang paling cerdas, dan Tuhan, melengkapi manusia dengan komponen kecerdasan yang paling kompleks. Sejumlah temuan para ahli mengarah pada fakta bahwa manusia adalah makhluk yang diciptakan paling unggul dan akan menjadi unggul asalkan bisa menggunakan keunggulannya. Kemampuan menggunakan keunggulan ini dikatakan oleh William W Hewitt, pengarang buku The Mind Power, sebagai faktor yang membedakan antara orang jenius dan orang yang tidak jenius di bidangnya. Sayangnya, menurut Leonardo Da Vinci, kebanyakan manusia me-nganggur-kan kecerdasan itu. Punya mata hanya untuk melihat tetapi tidak untuk memperhatikan, punya perasaan hanya untuk merasakan tetapi tidak untuk menyadari, punya telinga hanya untuk mendengar tetapi tidak untuk mendengarkan dan seterusnya. Dan apakah benar makin tua, otak rusak dan otak berhenti berkembang pada usia tertentu?
Penyelesaian :
Penuaan mengakibatkan penurunan fungsi, termasuk otak. Kadar cairan otak berkurang, kelenturan berkurang, dan kecepatan reaksi otak pun melambat. Sel sukar membelah diri lagi. Hanya saja, yang menentukan kecerdasan bukan jumlah sel neuron, melainkan kekuatan koneksi dan arus informasi di antara mereka. Percabangannya tetap tumbuh pada usia lanjut. ” Pembelajaran pada usia tua untuk merangsang tumbuhnya percabangan antara sel otak,” ujar Adre. Berbagai penelitian membuktikan, otak menumbuhkan sel-sel baru.Sel-sel otak tidak tetap seperti ketika lahir, tetapi bertumbuh.
Usia dini merupakan golden age guna mengoptimalkan potensi kecerdasan sebagai persiapan pembelajaran tingkat selanjutnya. Adre Mayza mengungkapkan, perkembangan kognitif anak usia 17 tahun merupakan akumulasi perkembangan anak usia 4 tahun sebesar 50 persen, 4-8 tahun sebesar 30 persen, dan 9-17 tahun sebesar 20 persen. Sel baru tetap tumbuh di otak manusia dewasa.. Pemeliharaan kesehatan secara keseluruhan, mulai dari suplai oksigen dan darah yang cukup dengan berolahraga, nutrisi seimbang, hingga pencegahan penyakit penyebab gangguan otak, menjadi syarat agar otak tetap sehat. Pemeliharaan struktur otak saja tidak cukup.Fungsi dasar dan luhur otak perlu dikembangkan.
Banyak membaca dan mempelajari hal-hal baru, misalnya, akan membentuk cabang-cabang baru. Peningkatan kemampuan yang spesifik, seperti kemampuan bahasa, perhatian, menggambar, dan mendongeng, pelatihan emosi, serta pendalaman spiritual, sangat baik untuk orang lanjut usia, terutama pada remaja, mengasah kemampuan sangatlah penting bagi perkenbangan intelgensi.
Sebagai kesimpulan dapat kita katakan kecerdasan atau intelegensi seseorang memberi kemungkinan bergerak dan berkembang dalam bidang tertentu dalam kehidupannya. Sampai dimana kemungkinan tadi dapat direalisasikan, tergantung pula kepada kehendak dan pribadi serta kesempatan yang ada.
II.4 Kasus 4
Pada masa kini dalam merekrut anggota dari segi akademis, kedokteran, militer, bahkan menurut survey kita dari beberapa sekolah menyatakan bahwa penjurusan studi IPA, IPS dan bahasa ditentukan juga oleh tes IQ. Namun, tepatkah dunia akademik, dunia militer (sistem rekrutmen dan promosi personel militer) dan dunia kerja, menggunakan IQ sebagai standar mengukur kecerdasan seseorang ?
Penyelesaian :
Karena system ini merupakan temuan manusia, istilah tehnis yang berasal dari hasil kerja Alfred Binet ini (1857 – 1911) lama kelamaan mendapat sorotan dari para ahli dan mereka mencatat sedikitnya ada dua kelemahan (bukan kesalahan) yang menuntut untuk diperbaruhi, yaitu:
a. Pemahaman absolut terhadap skor IQ
Steve Hallam berpandangan, pendapat yang menyatakan kecerdasan manusia itu sudah seperti angka mati dan tidak bisa diubah, adalah tidak tepat. Penemuan modern menunjuk pada fakta bahwa kecerdasan manusia itu hanya 42% yang dibawa dari lahir, sementara sisanya, 58% merupakan hasil dari proses belajar.
b. Cakupan kecerdasan manusia : kecerdasan nalar, matematika dan logika
Steve Hallam sekali lagi mengatakan bahwa pandangan tersebut tidaklah tepat, sebab dewasa ini makin banyak pembuktian yang mengarah pada fakta bahwa kecerdasan manusia itu bermacam-macam. Buktinya, Michael Jordan dikatakan cerdas selama berhubungan dengan bola basket.Mozart dikatakan cerdas selama berurusan dengan musik. Mike Tyson dikatakan cerdas selama berhubungan dengan ring tinju.
II.5 Kasus 5
Orang tua jarang benar-benar memperhatikan apa yang ditonton anak-anaknya dan lebih sering melarang anak-anak agar jangan menonton televisi terlalu lama karena bisa mengganggu jam belajar mereka. Disamping itu, apakah pernah pula terbersit dalam benak orang tua untuk ikut menonton tayangan-tayangan televisi? Lalu apakah Pengaruh Televisi Terhadap Pertumbuhan dan Perkembangan Intelegensi Remaja?
Penyelesaian :
Perkembangan Sosial Anak mengatakan bahwa: “Masalah paling mendasar bukanlah jumlah jam yang dilewatkan si anak untuk menonton televisi, melainkan program-program yang ia tonton dan bagaimana para orang tua serta guru memanfaatkan program-program ini untuk sedapat mungkin membantu kegiatan belajar mereka”
Dari kutipan tersebut diatas jelas bahwa yang harus diwaspadai oleh para guru dan orang tua adalah acara apa yang ditonton anak di televisi itu dan bukannya berapa lama anak menonton acara televisi tersebut. Dengan segala potensi yang dimilikinya itu, televisi telah mendatangkan banyak perdebatan yang tidak kunjung berakhir. Bagi orang dewasa, mungkin apa yang ditampilkan oleh televisi itu bukanlah sebuah masalah besar, sebab mereka sudah mampu memilih, memilah dan memahami apa yang ditayangkan di layar televisi. Namun, bagaimana dengan anak-anak? Dengan segala kepolosan yang dimilikinya, belum tentu mereka mampu menginterpretasikan apa yang mereka saksikan di layar televisi dengan tepat dan benar. Padahal Keith W. Mielke sebagaimana dikutip oleh Arini Hidayati dalam bukunya berjudul ‘Televisi dan Perkembangan Sosial Anak’ mengatakan bahwa: “Masalah paling mendasar bukanlah jumlah jam yang dilewatkan si anak untuk menonton televisi, melainkan program-program yang ia tonton dan bagaimana para orang tua serta guru memanfaatkan program-program ini untuk sedapat mungkin membantu kegiatan belajar mereka.”. Bermanfaat tidaknya acara televisi yang ditonton para remaja untuk mengembangkan intelegensinya sebenarnya tergantung pada pada pola pikir remaja tersebut dalam memilah dan memilih acara dalam membantu pengembangan kecerdasannya, juga peran orang tua yang harus selalu memantau agar remaja tersebut tidak melihat acara yang tidak semestinya untuk mereka tonton. Melainkan acara yang mampu mengasah dan mengembangkan kemampuan yang lebih baik untuk menuju masa depan cerah dan menjanjikan.
BAB III
PENUTUP
III.1 Kesimpulan
IQ yang tinggi ternyata tidak menjamin sukses di masyarakat. IQ itu hanya salah satu penentu keberhasilan belajar. Semakin tinggi inteligensi seorang individu, semakin besar peluang individu tersebut meraih sukses dalam belajar. Sebaliknya, semakin rendah tingkat intelegensi individu, semakin sulit individu itu mencapai kesuksesan belajar. Intervensi lingkungan, termasuk pendidikan, memiliki andil sekitar 80-85%, sedangkan hereditas hanya memberikan kontribusi 15-20% terhadap perkembangan intelektual individu. Syaratnya adalah memberikan kesempatan rentang waktu yang cukup bagi individu untuk mengembangkan intelektualnya secara maksimal. Factor lingkungan dibagi menjadi dua, yaitu keluarga dan sekolah.
Fakto usia bukan penentu utama kecerdasan seseorang. Yang menentukan kecerdasan bukan jumlah sel neuron, melainkan kekuatan koneksi dan arus informasi di antara mereka. Percabangannya tetap tumbuh pada usia lanjut. ” Pembelajaran pada usia tua untuk merangsang tumbuhnya percabangan antara sel otak,” ujar Adre. Berbagai penelitian membuktikan, otak menumbuhkan sel-sel baru.Sel-sel otak tidak tetap seperti ketika lahir, tetapi bertumbuh.
System pengukuran IQ pada perekrutan anggota merupakan temuan manusia, istilah tehnis yang berasal dari hasil kerja Alfred Binet ini (1857 – 1911) lama kelamaan mendapat sorotan dari para ahli dan mereka mencatat sedikitnya ada dua kelemahan (bukan kesalahan) yang menuntut untuk diperbaruhi, yaitu Pemahaman absolut terhadap skor IQ dan Cakupan kecerdasan manusia : kecerdasan nalar, matematika dan logika.
Masalah paling mendasar bukanlah jumlah jam yang dilewatkan si anak untuk menonton televisi, melainkan program-program yang ia tonton dan bagaimana para orang tua serta guru memanfaatkan program-program ini untuk sedapat mungkin membantu kegiatan belajar mereka. Bermanfaat tidaknya acara televisi yang ditonton para remaja untuk mengembangkan intelegensinya sebenarnya tergantung pada pada pola pikir remaja tersebut dalam memilah dan memilih acara dalam membantu pengembangan kecerdasannya, juga peran orang tua yang harus selalu memantau agar remaja tersebut tidak melihat acara yang tidak semestinya untuk mereka tonton. Melainkan acara yang mampu mengasah dan mengembangkan kemampuan yang lebih baik untuk menuju masa depan cerah dan menjanjikan..
III.2 Saran
Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan, oleh sebab itu penulis sangat mengharapkan masukan dari pembaca sekalian. Tingginya inteligensi tak selalu membuat orang jadi pintar. Jadi, gunakan lah anugerah kapasitas yang ada dalam diri kita masing-masing. Sebaiknya, untuk mengetahui tingkat perkembangan intelek seseorang harus dilakukan berdasarkan tahap-tahapnya, sesuai dengan perkembangan umur mereka. Walaupun intelegensi tersebut merupakan bawaan sejak lahir atau yang dikenal dengan faktor hereditas, namun faktor lingkungan juga sangat berpengaruh dalam perkembangan intelek seseorang. Untuk itu, agar perkembangan intelek berkembang dengan baik maka harus diperhatikan faktor-faktor tersebut.